Makna dan tujuan Pendidikan — Banyak orang menganggap bahwa Pendidikan adalah proses belajar di sekolah. Di dalamnya terdapat berbagaimata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Lalu mata pelajaran itu akan diujikan untuk mendapatkan angk yng ditetapkan.
Makna dan Tujuan Pendidikan
Ketika berbagai angka telah ditetapkan bisa dicapai, maka siswa akan meninggalkan tempat beljar tersebut dengan membawa ijazah. Ijazah inilah yang kemudian berguna untuk mencari pekerjaan. Singkat. Cerita, Pendidikan adalah persekolahan.

Apa itu makna pendidikan?
Anggapan seperti ini tidak sepenuhnya salah. Namun, Pendidikan dengn makna yang demikian berarti telah terjadi pemangkasan besar-besaran. karena sejatinya Pendidikan adalah soal kehidupan. Anggapan yang demikian adalah “penyakit” yang disebut paham “Sekolahisme”. Paham yang ddemikian menggap bahea sekolah adalah jantung Pendidikan. Ini kurang tepat. Hal imi pernah dikritik oleh pemikir dari amerika, Ivan Illich, pada tahun 1980an, melalui bukunya, Deschooling society.
Ketidaktepatan tersebut hari ini semakin parah krtika Pendidikan yang berarti persekolahan, bertujuan semata untuk menghasilkan pekerja. Bahwa semua manusia pada akhirnya perlu bekerja, kita tidak menolaknya. Namun jika Pendidikan hanya focus pada menjdi pekerja, maka ini berbahaya. Yang demikian itu menunjukan bahwa paradigma ekonomi dan industry telah dominan menguasai kesadaran kita.
Pada bagian ini, akan diluruskn makna dan tujuan Pendidikan, tentunya bedasarkan pada paradigma atau cara pandang islam. Karena seperi diketahui, islam bukan hanya agama yang mengurusi persoalan ritual dan moral, tapi lebih dari itu adalah pandangan hidup dan system kehidupan. Apalagi di bagian sebelumnya telah dijelaskan berbagai hal yang menjadi landasan dan fondasi berbagai asumsi kita mengenai Pendidikan.
Makna Pendidikan
Pendidikan apapun dan dimana pun akan bisa difahami berbagai aspek praktisinya dari filsafat yang melandasinya. Prndidikan sekuler memiliki akar filsafat sekuler, begitupun Pendidikan materialistic bisa dilacak dari filsafat materialistic yang melatarinya.
Pendidikan dalam makna luas adalah proses bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak agar menunjukan kedewasaannya. Apa yang disampaikan oleh orang dewasa adalah berbagai nilai kedewasaan seperti pengetahuan dan kebijaksanaan.
Metode yang digunakan bisa berbagai hal, dari nasihat, pengajaran, pemberian tanggung jawab dan sebagainya. Adapun evalusainya seringkali secara sederhana dengan menilai capaian keseluruhan dari pribadi anak-anak tersebut. Ketika bisa dikatakan telah dewasa, maka yang bersangkutan bisa melanjutkan proses belajar dan kehidupan, termasuk melakukan Pendidikan terhadap generasi muda lainnya.
Dari perspektif politik, Pendidikan adalah upaya sistematis oleh negara untuk menghasilkan warga negara yang baik. Di antara tanda kewarganegaraan yang baik adalah ketertiban di dalam bermasyarakat sehingga tidak menimbulkan persoalan di masyarakat. Lebih jauh, Pendidikan berorientasi politik akan mengusahakan agar warganegara memiliki nasionalisme dan sikap bela negara. Di antara mata pelajaran pokok di dalam Pendidikan yang demikian adalah Civic Education atau Pendidikan kewarganegaraan, serta jika mampu menyelenggarakan wajib militer terhadap warga negara.
Dari perspektif ekonomi dan industry, Pendidikan adalah pelatihan keterampilan kerja agar menghasilkan tenaga yang cakap bekerja. Semakin terampil dan menguasai banyak kecakapan, maka semakin bagus. Mata pelajaran yang ditekankan biasanya yang memang dibutuhkan di psar. Diantara dampaknya adalah, Pendidikan menjadi bagian transaksi ekonomi. Ada mekanisme jual-beli dalam Pendidikan. Berkaitan dengan jurusan, semakin prospektif, maka akan semakin mahal biaya pendidikannya.
Pendidikan bedasarkan perspektif psikologi akan menekankan manusia dengan berbagai potensinya. Pendidikan akan berguna sebagai proses pengembangan potensi yang bisa mengantarkan manusia pada kesejahteraannya. Selain itu, Pendidikan juga mengarahkan manusia untuk menghindari hal-hal yang akan membawanya kepada kesengsaraan. Pendidikan dengan perspektif ini biasanya menekankan tentang perkembangan umur, proses belajar yang menyenangkan, keragaman kecerdasan, serta keberbagaian potensi peserta didik.
Pendidikan bedasarkan perspektif antropologi dan kebudayaan menekankan pada transfer nilai. Progamnya akan menghubungkan antara apa yang terjadi di dalam proses Pendidikan dengan kehidupan yang akan dijalani oleh peserta didik di kehidupannya nanti. Bagi perspektif ini, Pendidikan berguna untuk membekali peserta didik dengan karakter personal maupun social yang akan dipakai dalam kehidupan keseharian.
Persoalan ini akan bisa diuraikan Panjang lebar jika menuruti berbagai perspektif dan paradigma yang berkembang di dalam peradaban barat. Peradaban barat yang memiliki pijakan hidup sekuler menghasilkan berbagai perspektif yang seringkali berbenturan antara satu dengan lainnya.
Dari rasionalisme oleh Rene Descartes di perancis, lalu empirisme oleh John Locke, David Hume dan George Berkeley di inggris, hingga kritisme oleh Immanuel Kant di jerman, termasuk berbagai pandangan kontemporer dalam psikologi sosiologi seperti psikoanalisa hingga strukturalisme. Semua itu bisa mempengaruhi pandangan Pendidikan yang dikerjakannya.
Makna Pendidikan Menurut Islam
Pendidikan di dalam islam diwakili oleh tiga kata popular yang memiliki kedalaman arti yang berbeda-beda. Pertama tarbiyah yang secara sederhana bisa berarti “perawatan dan pengasuhan”. Kata ini memiliki asal kata rabâ – yarbû yang artinya “bertumbuh”, rabiya – yarbâ yang artinya “bertambah”, serta rabba – yarubbu yang artinya “berdaya”. Secara Bahasa tarbiyah bisa berarti “menumbuhkan,mengembangkan, serta memberdayakan”.
Kedua ta’lim yang secara sederhana berarti “pengajaran”. Kata ini berasal dari kata ‘ilm, ilmu, lalu diturunkan menjadi kata kerja ‘allama – yu’allimu. Dari kata kerja turunan tersebut, terkandung makna “proses yang berkesinambungan”, sehingga kata ta’lim berarti proses berkesinambungan untuk memindahkan dan menanamkan ilmu.
Ketiga, ta’dib yang secara sederhana berarti peng-adab-an. Kata ini berasal dari kata adab. Adab seringkali diartikan sebagai etika dan kesopanan. Namun itu menyempitkan makna. Adab adalah “meletakkan segala suatu pada tempatnya, yang berasa dari hikmah, pengetahuan mengenai tempat yang layak bagi segala sesuatu”. Darinya bisa dipahami bahwa etika dan kesopanan adalah bagian dari adab. Dari kata tersebut lalu muncul kata kerja turunan addaba – yu’addibu, persis seperti kata ta’lim. Maka ta’dib bisa bermakna proses berkesinambungan untuk memindahkan dan menanam adab.
Dari ketiga kata tersebut, bisa disimpulkan bahwa Pendidikan merupakan proses yang sekurangnya mengandung tiga dimensi: pertama, perawatan, pengasuhan, penumbuhan, pengembangan dan pemberdayaan. Kedua, pemindahan dan penanaman ilmu. Ketiga, pemindahan dan penanaman adab. Artinya, ketiga hal tersebut harus terjadi secara bersamaan di dalam Pendidikan dan tidak boleh kurang salah satunya.
Adapun tujuan Pendidikan ditinjau dari filsafat yang telah diuraikan sebelumnya adalah berikut: pertama, mengantarkan peserta didik untuk mengenal Allah subhanahu wa ta’âlâ sebagai sumber keberadaan dirinya di dunia, sekaligus Tuhan yang layak dan berhak disembah satu-satunya.
Kedua, memahami alam semesta, baik yang tampak maupun tidak tampak, baik sebagai tanda kekuasaan Tuhan Yang Maha Mulia, maupun sebagai fasilitas Allah berikan untuk para hamba-Nya, sehingga bisa dikelola dan direkayasa untuk kebaikan manusia.
Ketiga, menguasai berbagai fardlu ‘ain dan fardlu kifâyah serta ilmu naqliyah dan ‘aqliyah yang berguna untuk memandu kehidupan, menuntun dilaksanakannya kewajiban personal, serta memberikan kebaikan bagi umat islam maupun manusia pada umumnya.
Keempat, meneladani nabiyullâh wa rasulullâh Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam setiap aspek kehidupannya, perkataan dan perbuatannya, sifat lahir dan sifat batinnya, baik sebagai hambe, pribadi, suami, ayah, teman, pemimpin spiritual, maupun pemimpin politik.
Kelima, menjadi manusia yang baik, yang terjaga fitrahnya, bersihnya ruh, kuat aklnya, jernih nafsunya, lembut hatinya, Tangguh jasadnya, serta berkembang bebagai potensi dirinya, sehingga menjadi sebaik-baik hamba yang berbakti pada Tuhannya, maupun khalifah yang menjaga agama dan mengelola dunia.
Keenam, memiliki keberpihakan kepada umat islam maupun umat manusia dengan cara mengajak mereka pada kebenaran, memerintahkan mereka pada kebaikan, mencegah mereka dari keburukan, memberikan mereka manfaat dan mashlahat dunia maupun agama, serta menjaga mereka dari mafsadat dan mudharat dunia maupun agama.
baca juga: Rumah Belajar Kemendikbud untuk Belajar Dari Rumah (BDR)
Itulah diantara pokok-pokok tujuan Pendidikan yang dirumusakan secara sederhana dari filsafat Pendidikan (dari perspektif, paradigma, pandangan hidup) islam. Semua tujuan Pendidikan di luar itu hanyalah bersifat pelengkap dari yang ada. Sebaliknya, jika berbagai tujuan Pendidikan islam dicapai, namun yang pokok ini luput diraih, maka bisa dinyatakan bahwa capaian tersebut cacat adanya.
Wallahu a’lam
sumber: buku dinamika intelektual